Edit in Camera merupakan proses edit yang dilakukan didalam kamera saat proses shot dilakukan. Proses meliputi pengambilan shot yang dilakukan secara berurutan sesuai dengan skeneraio / naskah. Teknik ini dapat di sebut  sebagai “ekstrem editing” karena dilakukan tanpa menggunakan deck maupun komputer dan hanya menggunakan peralatan camcoder saja. Tanpa adanya perencanaan yang matang teknik ini dapat berakibat adanya pengambilan shot yang terlewat saat proses shooting telah selesai sehingga berpengaruh pada kontinuitas gambar.

 

Terlepas dari keahlian sebagai operator kamera dalam perencanaan dan pembingkaian / framing, seorang penata kamera dapat merencanakan shot yang telah direkam untuk di diedit secara bersamaan. Dalam EFP, setiap pengambilan gambar direkam secara terpisah dan seringkali tidak berurutan. Agar mempercepat proses produksi maka seorang penata kamera dapat merangkai shot dengan cara memperhatikan beberapa aspek berikut ini.

 

Pertama, pertimbangkan aspek elektronik. Untuk pengeditan nonlinear akan selalu memperhatikan cuplikan bagian awal dan akhir shot, terlepas dari metode pengeditannya. Ini membuat yakin setiap frame yang diharapkan untuk direkam dapat digunakan, dan shot tambahan (establish) juga membantu dalam kesinambungan.

 

Kedua, pertimbangkan aspek praktis. Setiap tembakan lebih baik direkam secara tumpang tindih (overlaping) baik bidikan sebelumnya dan sesudahnya. Ini memberi editor perlindungan dalam kasus shot yang bergoyang saat penata kamera mulai perekaman dan sebelum mengakhiri, ini juga memberikan pilihan yang lebih luas untuk tindakan terbaik dalam melakukan pemotongan (terlihat seperti gambar dibawah). Namun untuk edit in camera setiap shot diambil tidak secara overlaping namun fokus pada gambar adegan secara lebih tepat.

 

Aspek ketiga untuk dipertimbangkan adalah aspek estetika. Untuk mempercepat mengedit dengan cara yang mulus, penata kamera harus menjaga kontinuitas. Adegan dari satu shot harus mengalir ke adegan selanjutnya, kecuali ada transisi atau perubahan adegan. Ada tiga tipe dasar kesinambungan yang umumnya harus dicocokkan dalam setiap pengeditan: kesinambungan tindakan, arah, dan lokasi.

 

Continuity of Action / Kontinuitas Tindakan
Sebagai contoh saat aktor mengambil pensil di tembakan lebar (WS), selanjutnya harus menembak close-up dengan memperhatikan bahwa posisi serta arah tangan dan pensil sama. Bahkan direktur dan operator kamera terbaik terkadang dapat membuat kesalahan kontinuitas tindakan. Untuk alasan itu asisten kontinuitas juga dikenal sebagai pencatat adegan adalah anggota penting dari setiap kru produksi utama. Asisten kesinambungan mengawasi setiap shot dengan cermat dan mencatat informasi pada skrip, atau bahkan mengambil foto foto digital dari awal dan akhir setiap shot untuk memeriksa kontinuitas.

 

Continuity of Direction / Kontinuitas Arah
Sebagai contoh jika tembahakan lebar (WS) menunjukkan aktor yang menghadap ke kiri, maka tembakan berikutnya harus menunjukkan yang samaaktor masih bergerak ke kanan. Jika tembakan menunjukkan aktor bergerak ke kanan, maka tembakan berikutnya harus menunjukkan yang sama aktor masih bergerak ke kanan, kecuali jika ada perubahan arah yang ditunjukkan dalam shot atau cutaway dimasukkan di antara dua shot. Cutaway bahkan bisa membingungkan penonton, bagaimanapun jika pemirsa ingat bahwa aktor itu bergerak dalam satu arah dan waktu berikutnya dia terlihat bergerak ke arah yang berlawanan dapat menggunakan tembakan langsung di depan atau dari belakang aktor sebagai transisi. Aturan yang sama berlaku untuk semua gerakan apakah itu melibatkan mobil, pesawat terbang, orang berjalan, berlari,  benda-benda dilemparkan, dijatuhkan, atau bergerak sendiri.

 

Continuity of Location / Kontinuitas Lokasi
Kontinuitas lokasi termasuk pencahayaan, latar belakang, dan audio. Jika satu tembakan menunjukkan laut di latar belakang, maka kecuali ada perubahan arah ditunjukkan pada kamera, semua bidikan harus menunjukkan laut sebagai latar belakang. Kontinuitas audio menjadi alat estetika serta aturan kontinuitas. Jika adegan di aula besar, kosong, semua audio harus terdengar seolah-olah direkam dalam suasana yang sama.